Dari Tukang Kebun Jadi Calon Bupati Mimika: Kisah Inspiratif Maximus Tipagau, Gladiator Papua!

Mimika – Maximus Tipagau yang merupakan pendiri Yayasan Somatua yang saat ini mencuat sebagai Calon Bupati Mimika periode 2024-2029. Berikut profil dan sepak terjang pria kelahiran tahun 1983, anak panglima perang Suku Moni di Kampung Bulapa, Distrik Ugapa, Kabupaten Intan Jaya.

Percakapan dengan Maximus Tipagau dimulai dari kehidupan yang keras dialaminya, yakni ketika duduk dibangku kelas 4 SD, ia ditinggal oleh kedua orang tua tercintanya. Sejak saat itu Maximus Tipagau dipaksa untuk mencari uang dengan bekerja sebagai tukang angkut kayu bakar, mengangkut sayur hasil kebun dan juga porter dilapangan terbang didesanya.

Sebagai anak seorang Panglima Perang, Maximus Tipagau telah dibekali almarhum orang tuanya untuk tidak mudah menyerah. Ia pun kemudian memberanikan diri untuk mencari pekerjaan sebagai tukang kebun di perumahan pegawai PT.Freeport Indonesia di Tembagapura.

Ia bercerita saat itu sering diusir security Perusahaan. Akan tetapi dengan kegigihannya, akhirnya ada seorang karyawan asing PT.Freeport Indonesia yang memberikannya pekerjaan sebagai tukang kebun dan membersihkan mobil. Sejak saat itu ia pun akrab dengan pemilik rumah. Dari sana ia belajar berbahasa asing (Inggris) dan mulai banyak mengenal para pejabat PT.Freeport Indonesia.

Bekerja sebagai tukang kebun dilingkungan yang baik ternyata membuka wawasan Maximus Tipagau. Setelah kurang lebih 14 tahun bekerja, ia pun memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman dengan meninggalkan pekerjaannya dan menekuni dunia usaha.

Tahun 2008 Maximus Tipagau memutuskan untuk membuka perusahaan dibidang pariwisata yaitu jasa operator pendakian yaitu PT. Adeventure Cartenz. Bermodalkan tabungan selama bekerja belasan tahun di PT.Freeport Indonesia menyediakan jasa pemandu, penyewaan peralatan pendakian dan hingga penyediaan akomodasi bagi para pendaki gunung Cartenz.

“Dulu ketika kecil saya suka berdoa di kaki gunung Cartenz. Dari sana saya mengetahui emas sesungguhnya adalah keindahan ciptaan Tuhan yaitu Puncak Gunung Cartenz yang merupakan 1 dari 7 gunung tertinggi di dunia. Ketika saya menyadari itu, saya memutuskan untuk mendirikan PT.Adeventure Cartenze,” ungkap Maximus Tipagau.

Sebagai Anak Panglima Maximus Tipagau Ingin Meneruskan Perjuangan Orang Tua

4 Tahun menggeluti usaha, mengantarkan Maximus Tipagau banyak mengenal dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang penting di tanah air. Bahkan ia juga pernah bekerja di Kantor Kepresidenan. Namun hal itu ternyata tidak membuatnya bahagia dengan kenyamanan yang dimilikinya.

Tepatnya pada Tahun 2012 ia mendirikan Yayasan Somatua Papua, yang tujuannya untuk memberdayakan masyarakat Papua. Yayasan ini kemudian membuat program dibidang Kesehatan melalui dokter terbang, bidang pendidikan mendirikan sekolah dan peningkatan ekonomi dengan meningkatkan kapasitas masyarakat serta membantu masyarakat melalui UMKM.

“Yayasan Somatua ini saya dirikan lantaran melihat kampung saya yang jauh dari sentuhan pelayanan. Sebagai anak panglima perang tentu ini harus menjadi tanggungjawab saya. Sejak saat itu saya bersama masyarakat dan bantuan beberapa teman, kami melakukan misi kemanusiaan, dimulai dengan mendirikan “dokter terbang”. Kami mengirim dokter-dokter ke Kabupaten Intan Jaya secara swadaya,” pungkasnya.

Setelah memulai program dokter terbang, Maximus Tipagau melihat hal itu tak cukup. Sebab ia melihat banyak anak-anak yang tidak bersekolah lantaran akses pendidikan yang minim. Hal itu juga dialaminya ketika masih kecil, sehingga ia kemudian mendirikan sekolah di Kabupaten Mimika. Sekolah itu kemudian telah banyak mengantarkan anak-anak dari tempat asalnya duduka dibangku perkuliahaan dan bekerja.

Yayasan Somatua Papua Menyentuh Hati, Membangun Masa Depan

Yayasan Somatua Papua bukan sekadar lembaga amal biasa. Ini adalah rumah bagi mimpi-mimpi besar untuk sebagian kecil anak-anak Papua yang terabaikan. Di bawah kepemimpinan Maximus Tipagau, yayasan ini telah menjadi tempat di mana ide-ide inovatif diwujudkan menjadi tindakan nyata.

Kini Yayasan Somatua juga telah mampu membangun sekolah-sekolah untuk anak-anak Papua yang berada di daerah terpencil, hingga menyediakan layanan kesehatan yang terjangkau bagi mereka yang membutuhkannya, yayasan ini telah membawa harapan bagi banyak orang.

Terbaru Yayasan ini juga berevolusi untuk mendidik anak-anak remaja hingga dewasa untuk mendapatkan skil yaitu belajar menyetir, membawa alat berat hingga teknisi alat berat.

Dari Yayasan ini juga Maximus Tipagau kerab tampil di layer televisi untuk menceritakan kisah heroiknya. Saat ini Maximus Tipagau menjelma menjadi “Gladiator Papua” yakni petarung yang berjuang untuk negrinya.

Ingin Terus Menolong Orang, Hingga Perlu Kapasitas Yang Besar

Masih mengenang pesan terakhir ayahnya, Maximus Tipagau yang kini menjelma sebagai Gladiator Papua itu bercerita, bahwa orang tuanya pernah berpesan untuk terus menolong orang banyak, bekerja keras dan rendah hati.

“Jadi pesan alamarhum bapak, untuk bekerja keras dan menolong orang banyak serta takut akan Tuhan serta rendah hati. Prinsip ini yang selalu saya pegang,” katanya.

Kini Maximus memiliki mimpi yang lebih besar yakni ikut membangun Tanah Papua. Ia percaya anak-anak Papua kelak akan merata mendapatkan fasilitas kesehatan, pendidikan dan akses pemerintahan lainnya hingga ke tahap kesejahteraan.

Akan tetapi Maximus beranggapan mewujudkan mimpinya itu tak bisa hanya melalui Yayasan Somatua Papua, sehingga diperlukan ruang kapasitas dan kewenangan yang lebih besar, sehingga visinya dalam membangun Papua dapat menyentuh seluruh lapisan Masyarakat tanpa terkecuali.

Maximus mengatakan, akses dan kewenangan hanya dimiliki oleh pemimpin di suatu daerah, sehingga dirinya ingin menjadi salah seorang calon kepala daerah dalam Pilkada serentak tahun ini. Tentu ini bisa terwujud apabila masyarakat menginginkannya.

“Saya ingin menjadi salah satu calon kepala daerah, dan tentu dengan dukungan rakyat, agar semua program untuk mensejahterakan rakyat berjalan maksimal,” lugasnya.

Related posts

Leave a Reply