Mengenal Suanggi, Warisan Budaya Nonbenda yang Menyatu dalam Kehidupan Masyarakat Papua
papua tengah
Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, termasuk warisan budaya nonbenda atau intangible cultural heritage. Ini mencakup tradisi lisan, cerita rakyat, seni pertunjukan, adat istiadat, ritus, perayaan, pengetahuan, serta keterampilan tradisional. Salah satu contoh menarik dari warisan budaya nonbenda ini adalah kepercayaan masyarakat Papua terhadap mitos dan legenda hantu suanggi.
Suanggi dalam Budaya Papua
Suanggi, dalam bahasa Indonesia, diartikan sebagai santet atau sihir. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan suanggi sebagai hantu jahat, burung hantu, dan dukun yang bekerja dengan bantuan makhluk halus. Lebih dari sekadar legenda, suanggi adalah bagian integral dari kehidupan sosial budaya masyarakat Papua, dipercaya sebagai sosok yang memiliki kekuatan supranatural untuk mencelakai atau bahkan mencabut nyawa seseorang.
Asal Usul dan Persebaran Kepercayaan Suanggi
Masyarakat Kampung Lilinta di Kepulauan Raja Ampat percaya bahwa ilmu tentang suanggi dibawa oleh pendatang yang bermigrasi ratusan tahun lalu. Selain di Raja Ampat, kepercayaan terhadap suanggi juga tersebar di wilayah-wilayah seperti Seram, Ternate, Tidore, Kei, dan Tobelo. Di Maluku, suanggi dianggap sebagai manusia dengan kekuatan supranatural yang digunakan untuk bertahan dari serangan makhluk halus.
Cerita Mitos dan Legenda Suanggi
Legenda suanggi diwariskan dari generasi ke generasi melalui cerita lisan. Berkumpul dan bercerita adalah kebiasaan masyarakat Papua, di mana mereka mengisahkan folklor dan pengalaman hidup pribadi, termasuk kisah tentang suanggi. Suanggi digambarkan sebagai sosok menyeramkan dengan mata merah dan gigi tajam, yang mampu memakan daging manusia dan mengirim santet dari jarak jauh.
Santet ini, dikenal sebagai doti-doti, melibatkan benda-benda asing yang dikirim ke tubuh korban untuk merusaknya hingga meninggal. Suanggi juga dapat berubah wujud menjadi manusia atau hewan, memudahkannya menyelinap ke tempat tinggal korban. Keberadaannya menciptakan keresahan dan ketakutan, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang mempercayainya.
Pengaruh Suanggi dalam Kehidupan Masyarakat Papua
Keberadaan suanggi mempengaruhi relasi sosial masyarakat Papua. Mereka yang dituduh memiliki ilmu suanggi seringkali dijauhi atau bahkan dianiaya. Suanggi tidak hanya menjadi bagian dari cerita rakyat, tetapi juga mempengaruhi interaksi dan pola pikir masyarakat. Meskipun tidak ada cara pasti untuk menangkal ilmu hitam suanggi, mitos ini terus hidup dan berkembang seiring waktu, menimbulkan ketakutan yang mendalam.
Suanggi sebagai bagian dari warisan budaya nonbenda menunjukkan betapa kaya dan beragamnya tradisi budaya Indonesia. Kepercayaan ini, meskipun tampak mistis dan menakutkan, adalah cerminan dari identitas dan sejarah panjang masyarakat Papua. Dengan memahami dan menghormati warisan budaya ini, kita dapat lebih menghargai keragaman dan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.(*)