Perusakan Baliho John Wempi Wetipo di Nabire, Tanda Ketakutan atau Taktik Politik?
papua tengah
Nabire, Di tengah persaingan politik yang semakin memanas menjelang Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Tengah pada 27 November 2024, calon Gubernur John Wempi Wetipo (JWW) menjadi sorotan setelah baliho-baliho kampanyenya dirusak oleh orang tak dikenal (OTK) di Kabupaten Nabire. Tindakan ini menimbulkan pertanyaan: Apa yang sebenarnya terjadi di balik perusakan ini, dan apa dampaknya bagi JWW dan calon lainnya?
JWW, yang memiliki rekam jejak sebagai Bupati dua periode dan mantan Wakil Menteri PUPR serta Wakil Menteri Dalam Negeri RI, mengklaim bahwa perusakan baliho tersebut merupakan tindakan dari oknum yang merasa terancam oleh popularitas dan pengaruhnya.
“Mereka merasa tersaingi dan bahkan kalah sebelum bertanding,” ungkap JWW. Pernyataan ini menunjukkan bahwa dalam dunia politik, ketakutan akan kekuatan lawan bisa memicu tindakan yang merugikan.
Namun, JWW tidak menunjukkan kemarahan atau keinginan untuk membalas. Sebaliknya, ia mengucapkan terima kasih kepada pelaku perusakan, menganggap tindakan tersebut sebagai pengakuan akan pengaruhnya. “Saya seorang tokoh yang punya power pengaruh yang lebih besar dari yang lain,” katanya dengan nada legowo.
Dampak Perusakan terhadap Kampanye
Perusakan baliho ini tentu saja merugikan pasangan JWW-AUSILIUS YOU (AYO) dalam hal visibilitas kampanye. Namun, JWW mengimbau para pendukungnya untuk tidak terprovokasi dan tetap fokus pada visi dan misi mereka untuk membangun Papua Tengah. “Saya tidak mau terpengaruh dengan hal ini. Saya fokus untuk bagaimana membawa perubahan,” tegasnya.
Dalam konteks ini, penting untuk mempertanyakan apakah tindakan pengerusakan ini akan mempengaruhi persepsi publik terhadap JWW. Apakah masyarakat akan melihatnya sebagai korban atau sebagai pemimpin yang kuat dan mampu menghadapi tantangan?
Ajakan untuk Bersatu dalam Pembangunan
JWW juga mengajak kandidat lain untuk fokus pada program pembangunan yang akan ditawarkan kepada rakyat. “Mari kita fokus untuk menjadi pemimpin yang pluralis, menggandeng semua tanpa membedakan suku, ras, dan agama,” ujarnya. Ini adalah panggilan untuk kolaborasi di tengah persaingan, yang bisa menjadi langkah positif untuk pembangunan Papua Tengah.
Sebagai sosok yang terbiasa memimpin, JWW mengaku terbuka terhadap kritik dan saran. Ia percaya bahwa dengan kepercayaan rakyat, pasangan JWW-AYO dapat membuktikan perubahan nyata di Papua Tengah. “Kalau ada yang salah kita koreksi, tapi kalau itu benar maka kita Gas! Torang Gas!! sampai selesai,” tandasnya.
Perusakan baliho JWW bisa jadi merupakan taktik politik dari lawan-lawan yang merasa terancam, atau bisa juga mencerminkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat terhadap calon pemimpin. Namun, satu hal yang pasti, tindakan ini telah memicu diskusi tentang etika dalam politik dan bagaimana calon pemimpin harus bersikap di tengah tantangan.
Dengan waktu yang tersisa menjelang pemilihan, semua mata kini tertuju pada bagaimana JWW dan calon lainnya akan merespons situasi ini dan apa langkah-langkah yang akan diambil untuk memenangkan hati rakyat Papua Tengah. Apakah JWW akan mampu mengubah tantangan ini menjadi peluang? Hanya waktu yang akan menjawab.